Takdir yang Membawaku Kesini
Kampung kecil yang masih terhampar luas persawahan membuat
kampungku semakin indah ketika melihat sekilas. Yeah....memang hanya sekilas
kecantikannya karena banyak rahasia yang tersimpan dikampungku ini. Aku bukan
anak yang lahir dari kampungku karena dulu saat ibuku melahirkanku masih dikota
asalnya, sebelum kelaurgaku memutuskan untuk pindah disini dikampung semai ketika
aku berumur sekitar 1bulan bersama kakak- kakakku. Masa kecil itulah masa- masa
yang penuh tantangan untuk seorang anak. Penuh keceriaan bermain bersama anak-
anak yang lainnya. Pagi siang sore malam tak hentinya kami mengumbar tawa
kepada orang- orang dewasa yang memandangi kami ketika asyik bermain. Sawah,
lapangan, atau hanya sekedar halaman luas menjadi sasaran empuk untuk kita
booking( pesan) sebagai tempat bermain kami. Aku masih sangat ingat betul
tempat- tempat itu, tempat yang kurasakan petualangannya, tercermin
kegembiraannya. Memang sedikit lebay aku mendiskripsikannya tapi kalau untuk masa-
masa yang sedang dirindukan tak jadi masalah.
Berkutik dengan perasaan yang tak berujung, membuatku sedikit
bingung untuk menyimpulkan apa yang sebenarnya yang aku butuhkan dalam hidupku
menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Dulu, aku begitu munafik terhadap
kampungku sendiri. Kampung yang sudah membesarkanku, memberi perlindungan, air,
tanah, semua yang kubutuhkan tersedia tanpa syarat apapun. Tak sepantasnya aku
menggerutu, menyumpahi kampungku sendiri hanya karena sang penghuninya tak
seperti yang aku harapku. Dulu, kebencianku begitu menumpuk ketika lagi dan
lagi kasus- kasus yang sangat tidak nikmat tuk didengar seakan memaksa kedua
telinga ini untuk mengetahuinya. Bahkan,sempat aku berdoa dalam hati kelak
kalau aku sudah berumah tangga aku ingin memboyong keluargaku untuk pergi jauh-
jauh dari kampungku itu. Karena memang sudah sangat muak dengan apa yang
terjadi disitu. Namun, aku mampu sedikit berfikir, jika aku bersikap seperti
itu, apa bedanya aku dengan mereka. Kepada siapa lagi kampungku harus berpangku
untuk menyuburkan benih- benih cinta, kebahagiaan, dan kebanggaan sebagai
kampung yang disanjung. Sekarang aku tahu bahwa kenapa jalan takdir menuntunku
sampai dikampung ini, Tuhan menginginkan bahwa ada generasi muda yang mau
membangun pondasi yang kokoh kelak.
Tuhan, ridloi dan bimbing jalan kami orang- orang yang ingin
melaksanakan kewajiban setelah mendapat haknya. Kami meyakini bahwa harapan dan
doa yang baik akan membawa kami pada kebaikan. Keinginan untuk mengkualitaskan
benih- benih terbayang dalam pikiran. Dimulai dari keinginan membangun
perpustakaan kampung khusunya teruntuk anak- anak karena ketika kita ingin
membangun generasi yang kuat kita harus membangun yang paling bawah dan dasar dulu. Kenapa
perpustakaan? Pertama, kami ingin anak-anak minat baca mereka meningkat, dan
jika berhasil membaca bisa jadi hobi mereka karena membaca adalah jendela
membuka dunia. Dengan begitu, akan lebih gampang untuk menakhlukkan dunia dalam
genggaman.
Next day............