Cari Blog Ini

Selasa, 11 November 2014


Takdir yang Membawaku Kesini
Kampung kecil yang masih terhampar luas persawahan membuat kampungku semakin indah ketika melihat sekilas. Yeah....memang hanya sekilas kecantikannya karena banyak rahasia yang tersimpan dikampungku ini. Aku bukan anak yang lahir dari kampungku karena dulu saat ibuku melahirkanku masih dikota asalnya, sebelum kelaurgaku memutuskan untuk pindah disini dikampung semai ketika aku berumur sekitar 1bulan bersama kakak- kakakku. Masa kecil itulah masa- masa yang penuh tantangan untuk seorang anak. Penuh keceriaan bermain bersama anak- anak yang lainnya. Pagi siang sore malam tak hentinya kami mengumbar tawa kepada orang- orang dewasa yang memandangi kami ketika asyik bermain. Sawah, lapangan, atau hanya sekedar halaman luas menjadi sasaran empuk untuk kita booking( pesan) sebagai tempat bermain kami. Aku masih sangat ingat betul tempat- tempat itu, tempat yang kurasakan petualangannya, tercermin kegembiraannya. Memang sedikit lebay aku mendiskripsikannya tapi kalau untuk masa- masa yang sedang dirindukan tak jadi masalah.
Berkutik dengan perasaan yang tak berujung, membuatku sedikit bingung untuk menyimpulkan apa yang sebenarnya yang aku butuhkan dalam hidupku menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Dulu, aku begitu munafik terhadap kampungku sendiri. Kampung yang sudah membesarkanku, memberi perlindungan, air, tanah, semua yang kubutuhkan tersedia tanpa syarat apapun. Tak sepantasnya aku menggerutu, menyumpahi kampungku sendiri hanya karena sang penghuninya tak seperti yang aku harapku. Dulu, kebencianku begitu menumpuk ketika lagi dan lagi kasus- kasus yang sangat tidak nikmat tuk didengar seakan memaksa kedua telinga ini untuk mengetahuinya. Bahkan,sempat aku berdoa dalam hati kelak kalau aku sudah berumah tangga aku ingin memboyong keluargaku untuk pergi jauh- jauh dari kampungku itu. Karena memang sudah sangat muak dengan apa yang terjadi disitu. Namun, aku mampu sedikit berfikir, jika aku bersikap seperti itu, apa bedanya aku dengan mereka. Kepada siapa lagi kampungku harus berpangku untuk menyuburkan benih- benih cinta, kebahagiaan, dan kebanggaan sebagai kampung yang disanjung. Sekarang aku tahu bahwa kenapa jalan takdir menuntunku sampai dikampung ini, Tuhan menginginkan bahwa ada generasi muda yang mau membangun pondasi yang kokoh kelak.
Tuhan, ridloi dan bimbing jalan kami orang- orang yang ingin melaksanakan kewajiban setelah mendapat haknya. Kami meyakini bahwa harapan dan doa yang baik akan membawa kami pada kebaikan. Keinginan untuk mengkualitaskan benih- benih terbayang dalam pikiran. Dimulai dari keinginan membangun perpustakaan kampung khusunya teruntuk anak- anak karena ketika kita ingin membangun generasi yang kuat kita harus membangun  yang paling bawah dan dasar dulu. Kenapa perpustakaan? Pertama, kami ingin anak-anak minat baca mereka meningkat, dan jika berhasil membaca bisa jadi hobi mereka karena membaca adalah jendela membuka dunia. Dengan begitu, akan lebih gampang untuk menakhlukkan dunia dalam genggaman.
Next day............